Kesepakatan Di Hutan Saniri, Saparua


Sumber Gambar : damaruta.blogspot.sg/2014/09/perjuangan-melawan-penjajah-belanda.html
Sekitar Tahun 1817 tepatnya pada tanggal 13 Mei, Merupakan hari dimana rakyat Saparua akhirnya berani memutuskan untuk angkat senjata melawan penjajah demi menyingkirkan mereka dari tanah Maluku, Pada hari itu merupakan rapat hari kedua untuk mempersiapkan perjuangan, Akan tetapi rakyat Saparua belum memutuskan siapa yang akan menjadi memimpin gerakan ini, Pemilihan pemimpin perlawanan akhirnya dibahas pada rapat pada hari ketiga yang berlokasi di hutan Saniri, Saparua 14 Mei 1817, Yang dimana harus dipastikan bahwa yang akan menjadi pemimpin pada perjuangan ini haruslah seorang pejuang yang disegani dan paham dengan strategi hingga taktik dalam perang.
”Beta sanggup pimpin perlawanan!”
Terdengar teriakan lantang seorang pemuda yang bernama Thomas Matulessy yang hingga kini terkenal dengan nama Kapitan Pattimura, Ketika itu Pattimura telah berusia 34 tahun dan dengan pertimbangan dalam melihat kepantasan Pattimura yang dinilai sesuai dengan sosok calon pemimpin untuk pergerakan perjuangan maka rakyat Saparua sepakat di bawah komando Kapitan Pattimura.

Sumber Gambar : salam-online.com/2013/02/meluruskan-sejarah-kapitan-ahmad-pattimura-lussy.html
Rekam Jejak.
Dikenal dengan nama Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku 8 Juni 1783 hingga meninggal di Ambon, Maluku pada 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura juga dikenal sebagai seorang pahlawan dari Maluku dan juga Pahlawan nasional Indonesia.
Menurut Buku Biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit disitu ditulis oleh M Sapija berjudul: "Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayahnya yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan.
Akan tetapi, Sejarawan Mansyur Suryanegara berpendapat berbeda, Mansyur menuliskan didalam bukunya "Api Sejarah" bahwasanya Ahmad Lussy atau dalam sebutan bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukanlah di Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah saat ini), Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau yang diketahui saat itu diperintah Sultan Abdurrahman yang juga dikenal dengan julukan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah) Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.

Related Posts:

0 Response to "Kesepakatan Di Hutan Saniri, Saparua"

Posting Komentar